Sejak beberapa bulan yang lalu PT. KAI mengumumkan bahwa kereta api jarak jauh hanya bisa berangkat dari Stasiun Gambir, Tanjung Priok, Tanah Abang dan Pasar Senen….jeger, gw langsung mendadak migrain =__=
Gimana nggak, setiap gw pulang ke rumah orang tua yang berlokasi di Cirebon, transportasi yang paling praktis adalah naik kereta api (Cirebon Ekspress atau Argo jati) dibandingkan naik bis lewat jalur “neraka” Pantura.
Gw bekerja dan tinggal di Cikarang. Sebelum PT. KAI mengeluarkan peraturan yang gw anggap aneh itu, gw biasa naik Cireks (Cirebon Ekspress) dari Stasiun Jatinegara. Gw pilih naik dari Jatinegara karena menurut gw secara jarak tempuh lebih dekat dari Cikarang. Dari Cikarang gw tinggal naik elf 59 sampai UKI, kemudian lanjut naik angkot 006A sampai di depan stasiun.
Jadwal Cireks favorit gw adalah jam 18.45 (kereta berangkat dari Gambir), artinya kereta akan tiba di Jatinegara sekitar 10 menit kemudian. Sehingga kalau gw izin pulang cepat jam 16.00 dari kantor masih sempet tuh gw tiba di Jatinegara sebelum kereta datang.
Nah, sejak PT. Kaki mengeluarkan peraturan barunya itu, gw harus berpikir keras bagaimana caranya tiba di Gambir sebelum jam 18.45 dengan jam 16.00 gw baru berangkat dari Cikarang.
Akhirnya gw menemukan cara tercepat yaitu menggunakan commuter line dari Stasiun Bekasi, dimana commuter line itu akan berhenti di Gambir. Kesulitannya adalah commuter line itu ada jadwal tertentu, gak fleksibel, gak seperti kalau naik bis, yang ada kapan saja. Begitu terlambat sampai stasiun, terpaksa menunggu jadwal berikutnya.
Sebenarnya selain naik commuter line, bisa sih gw naik bis kalau mau ke Gambir. Gw bisa naik bis 121 rute Cikarang-Blok M, turun di halte Polda, kemudian naik bis TransJak yang ke arah Kota, turun di Halte Harmoni. Tapi tahu sendiri kan, Halte Harmoni itu kayak apa penuhnya, apalagi hari Jumat. Gw pernah nunggu bis TransJak arah Pulogadung nyaris 2 jam, padahal cuma mau turun di Halte Gambir doang. Alternatif lain, dari Cikarang gw bisa naik bis 121 atau elf 59, kemudian turun di Jatibening. Lanjut naik bis arah Senen, turun di halte Atrium, kemudian nyambung naik bis TransJak arah Harmoni atau nyambung bajaj/ojek/taksi, turun di Gambir. Tapi dari semuanya itu, cara paling praktis memang naik commuter line (tanpa memeperhitungkan jadwal kereta telat atau hambatan lainnya).
Pontang panting menuju Gambir ini gw alami ketika menjelang awal Ramadan gw memutuskan untuk mudik. Hari itu adalah hari Jumat. Hari Jumat biasa aja sudah terbayang bakalan macet dimana-mana. Apalagi ini menjelang awal Ramadan. Kekhawatiran gw pun terjadi.
Jam 15.30 gw keluar dari kantor gw yang di ujung dunia itu. Gw pun kemudian naik elf 45 menuju Bekasi Barat. Jam 16.15 elf baru berangkat, karena memang harus menunggu penuh dulu baru elf-nya bisa berangkat. Dari pangkalan elf menuju gerbang tol Cikarang Barat sudah kena macet. Begitu masuk ke Tol Cikampek arah Bekasi, macet juga. Padahal saya menargetkan akan naik commuter line yang jam 16.43 dengan harapan akan tiba di Gambir jam 17.20. Jika jadwal itu gak keburu, gw berpikir masih ada yang jam 17.06 dengan perkiraan akan tiba di Gambir jam 17.39. Namun sialnya, karena macet yang menggila gw baru tiba di Stasiun Bekasi jam17.15! Gw panik. Tanpa berpikir panjang gw membeli tiket commuter line jadwal 17.50 dengan konsekuensi tiba di Gambir 18.27, mepet banget dengan jadwal Cireks gw.
Setelah membeli tiket, gw masuk ke peron, dan gw melihat ada KRL ekonomi. Gw sempat menghubungi Rieska, teman yang mau bareng gw naik Cireks. Dia berangkat naik commuter line juga tapi dari Depok. Kabar buruk gw dapat dari Rieska, bahwa keretanya sudah 20 menit stuck di Manggarai karena ada lokomotif mogok di Gondangdia. OMG, gw makin panik. Akhirnya tanpa sempat menukar tiket commuter line seharga 6500 menjadi tiket KRL ekonomi seharga 1500 gw nekat naik KRL ekonomi. KRL ekonomi gak berhenti di Gambir, gw pun berencana turun di Gondangdia dan akan ke Gambir menggunakan ojek. Gw merasa KRL ekonomi yang gw naikin berjalan pelan banget.
Tiba-tiba belum juga masuk Jatinegara, keretanya berhenti. Kepanikan gw menjadi-jadi. Nyaris 10 menit kereta itu diam. Begitu masuk Jatinegara, keretanya berhenti lagi dan lama. Huaaah…gw udah mau nangis. Ketika kereta gw itu berhenti, di jalur lain ada kereta Taksaka dari Jogja yang sedang berhenti, tadinya gw sempet mau nekat naik Taksaka, nebeng sampai di Gambir. Tapi gw takut ketauan kondektur, terus disuruh bayar denda. Males banget gak sih. Akhirnya gw masih duduk aja di KRL ekonomi itu. Gw merasa mendengar pengumuman kalau commuter line Bekasi tujuan Jakarta Kota akan masuk Jatinegara. Gw bangkit dari kursi kemudian bertanya ke petugas penjaga di sana. Pada saat itu di jalur sebelah baru masuk kereta Argo Anggrek dari Surabaya.
Gw : Pak, barusan saya dengar commuter line Bekasi mau masuk sini ya?
Petugas : Ibu mau kemana?
Gw : Saya mau ke Gambir
Petugas : KRL ekonomi mah gak stop di Gambir.
Gw : (setengah kesal) Iya Pak, saya tahu, makanya saya tanya tadi kayaknya saya dengar pengumuman ada commuter line Bekasi mau masuk sini, kalau commuter line kan stop di Gambir. Pokoknya yang paling cepat sampai Gambir, Pak.
Petugas : Kalau mau ke Gambir, ibu naik ini aja (sambil nunjuk ke Argo Anggrek di sebelah KRL ekonomi dimana gw masih berada di dalamnya)
Gw : Kalau saya nanti ketahuan kondektur gimana, Pak?
Petugas : Udah ibu naik aja
Gw pun buru-buru turun dari KRL ekonomi itu dan dengan ragu-ragu gw naik ke Argo Anggrek. Semula gw cuma berdiri di bordes, tapi gw berpikir nanti malah berpotensi dicurigai penumpang gelap (padahal iya). Akhirnya gw nekat masuk ke dalam kabin dan duduk sesantai mungkin, berlagak gw adalah penumpang resmi Argo Anggrek dari Surabaya. Padahal dari seragam pabrik yang gw pakai, gak mungkin banget gw naik dari Surabaya. Gw komat-kamit berdoa semoga tidak ada kondektur yang melintas di kabin tempat gw duduk.
Tiba di Manggarai, kereta stop! Aarrgggh…ternyata perjuangan gw belum selesai. Padahal biasanya kereta eksekutif mana pernah stop di Manggarai. Berarti urusan lokomotif yang mogok di Gondangdia belum kelar nih. Gw menghubungi Rieska.
Gw : Ris, lo udah sampe di Gambir?
Rieska : Udah, ini lagi numpang nge-charge BB.
Gw : Cireks, udah datang belom? Gw masih stuck di Manggarai (bernada panik) (saat itu sudah jam 18.30)
Rieska : Kayaknya sih belom. Tapi tadi Argo Jati yang 17.15 juga terlambat berangkatnya. Tapi kereta lain yang jam 6an berangkatnya udah mulai tepat. Nanti gw cari info deh.
Gw : (semakin panik)
Kereta pun berangkat dari Manggarai. Gw yang semakin panik kembali menghubungi Rieska.
Gw : Ris, gimana? Lo udah di peron? Cireks udah ada belom?
Rieska : Gw udah di peron 4. Cireks belum datang. Menurut pengumuman sih, keretanya di belakang Argo Anggrek yang lo naikin.
Gw : Ooo…gitu (bernada sedikit lega tapi masih cemas)
Kereta berhenti lagi di Gondangdia. Menunggu giliran untuk masuk ke Gambir. Memberi kesempatan pada kereta yang baru berangkat dari Gambir. Duh!
Ketika jalur peron Gambir mulai kelihatan, gw buru-buru menuju bordes. Sudah ada seorang bapak berdiri dekat pintu. Kereta belum berhenti benar, gw sudah meminta si bapak untuk membuka pintu. Si bapak menatap gw heran. Mungkin dipikirnya nih cewak mau nekat apa ya, kereta belum berhenti, sudah minta buka pintu.
Ketika kecepatan kereta sudah tinggal sisa-sisa, gw langsung turun, melesat, berlari-lari dari peron 2, me
nuruni anak tangga, kemudian naik tangga lagi (padahal tersedia eskalator, tapi gw gak sempat berpikir lagi) menuju peron 4. Gw pun bertemu Rieska sambil nafas tersengal-sengal. 5 menit kemudian Cireks pun datang. Gw dan Rieska pun bergegas masuk ke dalam gerbong. Sekitar jam 19.00 lewat dikit, kereta pun berangkat.
Thanks, God. Gw gak ketinggalan kereta. Itupun karena jadwal Cireks ikutan molor. Kalau saja Cireks berangkat tepat waktu, sudah pasti gw bakal ketinggalan. Padahal tadi gw sempat memikirkan plan A, plan B seandainya gw ketinggalan kereta. Mulai dari beli tiket jurusan ke arah Timur apa aja yang penting berhenti di Cirebon (sudah pasti mustahil dapat tiket karena itu hari Jumat, biasanya tiket pasti sudah habis), mencari alternatif numpang nginep di Jakarta sampai memutuskan akan kembali ke Cikarang.
Saya pernah sih pulang ke Cirebon naik Gajayana yang rute aslinya ke Malang dengan rela membeli tiket seharga 300rb! Itu pun karena urgent, saya harus segera ke Cirebon, sementara tiket Cireks dan Argo Jati semua jadwal habis.
Tanggal 16 Agustus ini gw mau mudik lebaran. Sayangnya walaupun gw sudah membeli tiket itu di H-90, tiket untuk jadwal favorit gw jam 18.45, habis! Gw kebagian tiket Argo Jati jadwal 17.15. Itu artinya gw harus berangkat dari Cikarang lebih awal lagi. Gak akan keburu kalau jam 16.00 baru berangkat dari kantor. Mungkin harus jam 14.00 untuk mengejar jadwal commuter line dari Stasiun Bekasi jam 14.41, atau jadwal lain 14.55. Setelat-telatnya gw harus naik commuter line jadwal 15.33 atau 15.52. Itu sudah memperhitungkan kemacetan di Cikarang dan Tol Cikampek arah Bekasi yang akhir-akhir ini semakin menggila.